Kehidupan dunia adalah siklus permasalahan. Perputaran dari satu persoalan kepada persoalan berikutnya. Namun, berbeda orang maka berbeda pula cara mereka menghadapi persoalan hidup. Meskipun persoalan yang mereka hadapi adalah sama.
Ada orang yang menyikapi persoalan dengan diri yang tenang dan pikiran jernih. Namun, ada juga orang yang menyikapi persoalan dengan diri yang panik dan pikiran yang kalut. Tentu saja cara penyikapan yang berbeda akan melahirkan dampak yang berbeda pula.
Sejatinya, persoalan hadir dalam kehidupan dunia ini adalah sebagai sarana utk pelatihan diri manusia menjadi insan yang tangguh dan berkualitas. Sayangnya, tidak setiap orang mengetahui bagaimanakah cara yang baik dalam menyikapi persoalan.
Berikut ini, kiat-kiat agar kita bisa menyikapi dengan baik setiap persoalan yang datang di dalam hidup kita.
1. Siap pada berbagai kemungkinan
Kiat pertama adalah
kesiapan diri dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi. Mengapa kita
harus siap? Karena yang terjadi di dalam hidup ini tidak akan selalu sesuai dengan
keinginan kita. Bahkan kita harus akui bahwa jauh lebih banyak yang terjadi
tanpa kita duga dari pada yang kita duga. Maka, alangkah
menderitanya diri kita apabila kita hanya mempersiapkan diri utk menghadapi
kejadian yang sesuai dengan keinginan kita.
Salah satu cara yang
mujarab agar kita senantiasa siap menghadapi segala kemungkinan yang akan
terjadi adalah dengan berperasangka baik kepada Allah Swt. Dan sikap itu harus
selalu dilatih agar terbiasa.
Sebuah hadist qudsi
berbunyi, "Sesungguhnya Allah berfirman, "Aku sebagaimana prasangka
hambaKu kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku (H.R Turmudzi).
Berprasangka baik
terhadap Allah Swt. Akan membuat kita senantiasa siap menerima ketetapan Allah
Swt yang akan terjadi kepada kita.
Pernah dengar teori tukang parkir?
Inilah gambaran
sederhana bagaimana seseorang yang memiliki kesiapan diri dalam menghadapi
kenyataan yang akan terjadi. Seorang tukang parkir akan
senantiasa siap dengan kendaraan yang akan parkir di tempatnya. Demikian juga
apabila para pemilik kendaraan itu mengambil kendaraannya kembali dan pergi, ia
senantiasa siap. Mengapa demikian? Karena sejak semula ia sudah memiliki
pandangan bahwa semua kendaraan itu hanyalah titipan.
2. Ridha pada apa yang terjadi.
Pada penjelasan kiat
pertama kita sudah membahas bahwasanya kesiapan diri itu penting dalam rangka
menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi di dalam kehidupan ini.
Kemungkinan2 ini adlh hal yang belum terjadi. Apapun jika hal tsb telah
terjadi, maka sikap yang harus kita miliki adalah ridha.
Selain itu, yang penting kita yakini adlah bahwa sesungguhnya yang kita sangka baik utk diri kita itu belum tentu baik menurut Allah Swt, Dzat yang maha tahu.
Allah Swt berfirman, "... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padhal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui" (Q.S Al Baqarah : 216).
Mungkin antum pernah dengar peristiwa jatuhnya salah satu maskapai penerbangan di Indonesia yang menewaskan seluruh penumpangnya. Ternyata ada seorang calon penumpang yang tidak jadi berangkat, karena passportnya tertinggal di rumah, sehingga dia harus kembali utk mengambil passport tsb. Namun dia terlambat karena terkena macet di jalan. Pada saat itu dia sempat menggerutu dan menyalahkan keadaan. Namun, setelah mendengar berita kecelakaan kapal tersebut, dia malah bersyukur tidak jadi berangkat naik pesawat tsb.
Sungguh, Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita.
Selain itu, yang penting kita yakini adlah bahwa sesungguhnya yang kita sangka baik utk diri kita itu belum tentu baik menurut Allah Swt, Dzat yang maha tahu.
Allah Swt berfirman, "... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padhal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui" (Q.S Al Baqarah : 216).
Mungkin antum pernah dengar peristiwa jatuhnya salah satu maskapai penerbangan di Indonesia yang menewaskan seluruh penumpangnya. Ternyata ada seorang calon penumpang yang tidak jadi berangkat, karena passportnya tertinggal di rumah, sehingga dia harus kembali utk mengambil passport tsb. Namun dia terlambat karena terkena macet di jalan. Pada saat itu dia sempat menggerutu dan menyalahkan keadaan. Namun, setelah mendengar berita kecelakaan kapal tersebut, dia malah bersyukur tidak jadi berangkat naik pesawat tsb.
Sungguh, Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita.
Rasulullah Saw
bersabda, "Barangsiapa yang ridha (kepada ketentuan Allah) maka Allah akan
ridha kepadanya.." (HR. Tirmidzi)
3. Jangan mempersulit diri.
Kiat berikutnya yang
perlu kita lakukan dlm menyikapi kenyataan hidup adalah dengan tidak
mendramatisir kenyataan yang terjadi. Karena, jika mau jujur, permasalahan yang
terjadi dalam hidup kita adalah hasil dari dramatisasi yang dilakukan oleh diri
kita sendiri. Kita lebih banyak merasakan penderitaan atas kenyataan yang
terjadi, sebagai akibat dari karangan kita sendiri, kekhawatiran kita sendiri,
kepanikan kita sendiri. Ternyata semua itulah yang membuat kita menjadi merasa
tertekan dan terbebani. Padahal, segala kenyataan yang terjadi itu, jika kita
sikapi dengan kepala dingin, pikiran jernih dan hati yang lapang, kita tidak
akan merasa kerepotan menghadapi segala kenyataan yang terjadi pada hidup kita.
Sebagai contoh
misalnya, seseorang yang merasakan sakit pinggang. Kemudian dia memutuskan utk
memeriksakan diri ke dokter. Sebelum jadi berangkat, ia berbincang dengan
rekannya dan menceritakan apa yang sedang dirasakannya itu. Ia sampaikan degala
kekhawatiran atas sakit pinggang tsb. Ia ceritakan tentang kekhawatiran
seandainya yang ia derita adalah penyakit ginjal, maka ia akan menghadapi
resiko pengobatan dan perawatan yang tidak sederhana dan mahal. Bahkan ia pun
menceritakan kegelisahan seandainya ternyata ia harus mengalami gagal ginjal
dan menjalani cuci darah, dan seterusnya, dan sebagainya. Semakin orang ini
menceritakan ketakutan dan kekhawatirannya, maka semakin terbebanilah ia,
semakin stress-lah ia.
Maka, kendalikanlah
diri sebisa mungkin agar terhindar dari sikap mendramatisir masalah yang sedang
terjadi. Karena pada hakikatnya setiap persoalan yang menimpa diri manusia itu
sudah terukur oleh Allah swt, sesuai dengan kadar kemampuan manusia tsb utk
menghadapinya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Al-Quran, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya.."
(QS. Al Baqarah : 286)
Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Al-Quran, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya.."
(QS. Al Baqarah : 286)
4. Kuasai ilmunya
Sebenarnya tidak ada
yang aneh dalam kehidupan ini. Polanya masih sama, begitu begitu saja. Seperti pergantian
siang malam, terus menerus seperti itu. Ada senang dan tidak senang, gembira
dan kesedihan. Ada gelap ada terang, murung dan riang. Susah dan mudah, marah
dan ramah. Kadang dipuji kadang dicaci. Sesekali disukai sesekali dibenci. Punya
dan tidak punya, sehat dan sakit, lapang dan sempit. Begitulah seterusnya. Tidak ada yang aneh, kecuali yang aneh itu
adalah apabila kita tidak semakin mengerti tentang kehidupan ini.
Semestinya, apapun
yang terjadi pada diri kita menjadi pelajaran berharga untuk kita. Hendaknya,
setiap yang terjadi menimpa kita, itu menjadi ilmu tentang kehidupan, sehingga
kita semakin tangguh dan siap untuk menghadapi setiap kemungkinan. Persis ketika
kita menghadapi siang dan malam. Kita siap menghadapi siang, kita pun siap
menyongsong malam.
Jika kita mengetahui
ilmunya, ketika kita dilimpahi kekayaan materi yang berlebih, maka kita
manfaatkan untuk berderma, membantu sesama dan membelanjakannya di jalan Allah.
Kita manfaatkan juga kesempatan tersebut untuk meraup lebih banyak ilmu,
memperluas wawasan, memperlebar dan memperkuat persaudaraan, serta manfaat
lainnya.
Akan tetapi ketika
kekayaan materiil itu tidak ada di tangan kita, kita pun sudah mengetahui
ilmunya. Yaitu dengan bersabar, berprasangka baik tehadap Allah, gigih menjaga
kehormatan diri dengan tidak meminta-minta kepada oang lain, bahkan justru
meningkatkan kreatifitas untuk berusaha mendapatkan penghasilan secara baik dan
halal.
5. Evaluasi diri
Di dalam AlQuran
Allah Swt berfirman, "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrah (biji atom), niscaya dia akan menerima (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan menerima
balasannya. (QS. Al Zalzalah 7-8)
Demikianlah
kehidupan dunia ini. Seperti suara gema. Apa yang kita teriakan, maka suara
itulah yang akan kita dengar. Apa yang kita lakukan akan kembali pada diri
kita. Baik itu kebaikan maupun keburukan.
Langkah terbaik yang harus kita lakukan setelah suatu kejadian menimpa kita adalah ridha yang disusul dengan tafakur dan evaluasi diri. Renungkanlah hikmah di balik peristiwa tsb. Boleh jadi itu adalah teguran dari Allah.
Langkah terbaik yang harus kita lakukan setelah suatu kejadian menimpa kita adalah ridha yang disusul dengan tafakur dan evaluasi diri. Renungkanlah hikmah di balik peristiwa tsb. Boleh jadi itu adalah teguran dari Allah.
6. Jadikan Allah saja sebagai penolong.
Allah swt berfirman,
"HasbunaAllah wani'mal wakil (Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan
Allah adalah sebaik baik tempat bersandar)." (QS. Ali-Imran : 173)
Itu adalah doa nabi Ibrahim ketika berhadapan dengan penguasa Babilonia, Raja Namrud. Ketika Nabi Ibrahim dibakar oleh api, maka tidak ada yang seorangpun yang mampu menolong, kecuali Allah.
Itu adalah doa nabi Ibrahim ketika berhadapan dengan penguasa Babilonia, Raja Namrud. Ketika Nabi Ibrahim dibakar oleh api, maka tidak ada yang seorangpun yang mampu menolong, kecuali Allah.
Kisah nabi Ibrahim
AS di atas memberikan pelajaran kepada kita untuk senantiasa meyakini sepenuh
hati bahwasanya hanya Allah Swt tempat kita berlindung dan memohon pertolongan.
Kisah ini juga mengajarkan kita berpegang teguh hanya kepada-Nya secara total.
Wallahu'alam.
SUMBER :
5 KIAT MENGHADAPI
PERSOALAN HIDUP
Oleh : Abdullah
Gymnastiar
Jumlah Halaman : 72
Hal
Penerbit : SMS Tauhid
Cetakan II, Januari
2012
0 comments:
Post a Comment