MANAJEMEN
ORGANISASI DALAM Al-QURAN
إن الله يحب الذين يقاتلون في سبيله صفا كأنهم بنيان مرصوص
“Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS
Ash Shaff :4)
Mungkin anda sudah sering
mendengar atau membaca literature tentang bagaimana mengelola sebuah organisasi
dari artikel-artikel para pakar yang ahli di bidangnya. Namun, sebagai seorang
muslim, tentu kita harus berpedoman kepada Al-Quran, karena ajaran Al-Quran
bersifat syumul (sempurna) yaitu mencakup semua bidang, termasuk dalam
berorganisasi (berjama’ah).
Kata manajemen berasal dari
bahasa Latin, yaitu kata “manus” yang berarti tangan dan “agere” yang berarti
melakukan. Kemudian kedua kata itu digabung menjadi kata kerja “managere” yang
berarti manangani. Dalam bahasa Inggris, kata managere tersebut diterjemahkan
ke dalam bentuk kata kerja sehingga menjadi to manage dengan kata benda
management, yang dalam bahasa Indonesia berarti pengelolaan.
Sedangkan, kata organisasi
berasal dari kata organon yang menurut
bahasa Yunani berarti alat. Organisasi
pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul,
bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin
dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya organisasi yaitu seperti uang,
material, mesin, metode, lingkungan, sarana-parasarana, data, dan lain
sebagainya yang dipergunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Kata manajemen, memang tidak
ditemukan dalam Al-Qur’an dan hadits secara langsung. Akan tetapi
prinsip-prisip manajemen, seperti yang tercantum dalam definisi tentang
manajemen, sangat banyak dijelaskan dalam Islam. Dalam pandangan Islam segala
sesuatu harus dikerjakan secara baik, teratur dan benar. Segala prosedur yang
telah ditetapkan harus diikuti secara benar dan sesuatu tidak bisa dikerjakan
secara sembarangan. Itulah beberapa prinsip utama yang diajarkan dalam Islam
ketika mengerjakan sesuatu, seperti yang disabdakan Rasulullah saw. Berikut.
إِنَّ الله يُحِبَُ إِذًا عَمِلَ أَحَدُكُمُ الْعَمَلَ أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبرانى)
Artinya: “Sesungguhnya Allah senang jika seseorang di antara kamu mengerjakan suatu perbuatan lalu dia mengerjakannya secara sempurna” (HR. Thabrani)
Artinya: “Sesungguhnya Allah senang jika seseorang di antara kamu mengerjakan suatu perbuatan lalu dia mengerjakannya secara sempurna” (HR. Thabrani)
Menurut para ulama, kata itqaan
berarti dikerjakan secara teratur, sesuai dengan target dan sempurna. Hal ini
berarti mengerjakan sesuatu secara teratur, sesuai target dan sempurna
merupakan sesuatu yang dicintai oleh Allah. Prinsip-prinsip ini sejalan dengan
prinsip-prinsip manajemen secara umum yaitu merencanakan, mengorganisir,
melaksanakan, mengontrol dan mengevaluasi dalam rangka untuk mencapai suatu
tujuan organisasi. Secara tidak langsung prinsip-prinsip manajemen tersebut
sangat dianjurkan dalam Islam dalam mengerjakan segala sesuatu.
Lebih
lanjut, konsep tentang manajemen organisasi dapat kita temukan lebih rinci
dalam surat Ash-Shaff ayat 1 – 14. Salah satu surat Madaniyah ini mengupas
secara rinci tentang konsep berjamaah di dalam Islam.. Ketika kita membuka
kembali ayat-ayat yang terukir indah dalam surat Ash Shaff, akan banyak sekali
kandungan tentang manfaat serta konsep-konsep dalam berorganisasi. Hal ini
memang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW pada masa berdakwah di Madinah,
saat surat ini diturunkan. Dimana, pengokohan organisasi dan kejamaahan adalah
fokus utama dakwah Rasulullah SAW di Madinah, berbeda dengan fokus dakwah
Rasulullah SAW ketika di Mekkah yang fokus pada pengokohan aqidah dan ruhiyah
ummat Islam masa itu. Dalam surat ini,
terdapat lima konsep besar yang harus ada untuk mewujudkan organisasi yang
kokoh.Yaitu, kesesuaian konsep dan pelaksanaan dalam organisasi, soliditas tim,
ketepatan mengukur dan mengetahui kekuatan dan tantangan, konsep kesungguhan
dalam bekerja dan berjuang, serta memiliki kader yang militan (kader yang
solid).
Pertama,
untuk mewujudkan organisasi yang kokoh diperlukan adanya kesesuaian konsep
(perkataan) atau visi & misi dan pelaksanaan (at tawafuq bainal qouli wal
amal). Hal ini tercantum dalam ayat 1 – 3. Dijelaskan dalam ayat ini, bahwa
seruan-seruan ini hanya ditujukan untuk orang-orang beriman dan tidak untuk
semua orang. Artinya bahwa, sebagai orang beriman harus memahami dan
melaksanakan hal tersebut. Selain itu, yang diseru di sini adalah orang-orang
beriman bukan hanya satu orang beriman. Dan di sinilah pesan konsep
kejamaahannya (keorganisasiannya). Kesesuaian antara konsep (perkataan) dan
pelaksanaan artinya tidak hanya lihai merumuskan ide yang tidak diiringi dengan
amal nyata. Justru keduanya harus berjalan dengan sinergi antara konsep dan
pelaksanaan. Organisasi itu harus mempunyai konsep cara bekerja. Bukan hanya
sekedar mempunyai kemampuan bekerja tetapi juga menguasai cara bekerja.
Penguasaan cara bekerja akan memudahkan bagaimana mencapai tujuan berkerja.
Kedua,
dalam ayat keempat surat ini disebutkan bahwa Allah SWT menyukai mukmin yang
berjuang dalam sebuah bangunan yang kokoh. Ciri dari bangunan yang kokoh adalah
seluruh komponen di dalamnya saling menguatkan satu dengan yang lain. Dapat
dirinci, bahwa soliditas organisasi memiliki tiga ciri, yaitu: masing-masing
komponen didalamnya bisa menguatkan satu dengan yang lain, bersinergi dalam
bekerja serta memiliki program yang jelas, termasuk pembagian pelaksanaan
program (pembagian potensi dan pemanfaatan kemampuan). Dalam hal ini,
diperlukan adanya ketepatan di dalam penempatan orang. Siapa yang harus jadi
tiang, jendela, atap, dsb.
Ketiga,
dalam ayat 5 – 9 dijelaskan tentang tantangan yang dihadapi oleh para nabi dan
rasul. Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa perlunya untuk
mengukur tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam kerja-kerja organisasi.
Jika kita mengetahui ukuran tantangan itu, maka kita bisa membuat program yang
bisa mengatasi tantangan tersebut. Kegagalan dalam mengukur tantangan yang akan
dihadapi, akan mengakibatkan ketidakjelasan merumuskan tahap-tahap pelaksanaan
amal sehingga bisa terjebak dalam suatu amal yang bersifat asal-asalan.
Tantangan yang perlu diukur adalah semua tantangan baik dari dalam maupun luar
organisasi. Pada ayat 9, dijelaskan bahwa visi kerosulan-lah yang bisa
digunakan untuk mengeliminir tantangan-tantangan tersebut.
Keempat,
dijelaskan bahwa untuk membangun sebuah organisasi yang kokoh diperlukan adanya
sebuah konsep perjuangan organisasi. Dan sebuah konsep perjuangan itu hendaknya
sebuah konsep yang mengandung motivasi serta makna optimisme yang jauh dari
konsep perjuangan yang ‘menakutkan’ (tidak realistis dan membuat komponen di
dalamnya ragu dapat melaksanakannya atau tidak). Hal ini dapat dilihat pada
ayat 10 -13 surat ini, yang menjelaskan indahnya sebuah konsep berjuang
besungguh-sungguh di jalan-Nya.
Kelima,
dalam ayat 14 surat ini, dijelaskan bahwa keberhasilan suatu perjuangan dalam
organisasi juga ditentukan dengan ada tidaknya kader-kader militan di dalamnya.
Militan ini terkait dengan makna komitmen, konsistensi, keseimbangan
(tawazunitas), ketaatan serta kecintaan. Karena memang amal yang baik dari
seorang kader organisasi tidak akan bisa terwujud tanpa lima hal di atas. Dan
dengan memiliki kader yang militan, amal-amal terbaik akan dihasilkan dalam
organisasi.
Di
dalam organisasi juga diperlukan adanya ruuh (semangat) organisasi. Dan ruuh
organisasi ditentukan oleh sistem yang ada dalam organisasi, kualitas sang
pemimpin, sejauh mana organisasa mempunyai semangat kompetisi dengan yang lain
serta sejauh mana memadukan semangat dan ilmu yang dimiliki.
Wallahu
a’lam bishawab
Dikutip
dari berbagai sumber
MANTIIIIP
ReplyDeleteMantef
ReplyDelete