Sunday 4 February 2018


#Seri keluarga
Seorang kepala keluarga (suami atau ayah) berkewajiban menafkahi untuk istri dan anak-anaknya.
Yang perlu digaris bawahi dan digaris miring serta ditebalkan adalah "Menafkahi".
Menafkahi bukan hanya sekedar mencari nafkah. Artinya, seorang kepala keluarga bukan hanya bertugas mencari uang kemudian uang itu diberikan kepada istri, kemudian istri belanja dan masak buat suaminya dan mengerjakan semua pekerjaan rumah lainnya seperti mencuci baju, piring dll.
Melainkan sang suami lah yang berkewajiban memasak makanan sehingga menjadi nafkah makanan utuh, tidak setengah-setengah. Dan sang suami lah yang berkewajiban membelikan pakaian buat istri dan anak kemudian mencucikan pakaian tersebut sehingga menjadi nafkah pakaian yang utuh, tidak setengah-setengah.
Jadi mulai sekarang, buat para kepala keluarga jangan lagi beranggapan bahwa memasak, mencuci dan pekerjaan rumah tangga lainnya adalah tugas dan kewajiban istri. Kewajiban istri hanyalah taat pada suami. Termasuk taat ketika suami meminta dimasakin makanan dan dicuciin bajunya.. 



#SeriParenting 👨‍👩‍👧‍👦
Dikisahkan, demi memicu kemahiran putranya, seorang ibu mengajak sang putra untuk melihat pertunjukan konser seorang pianis kenamaan, *Ignace Padereweski*. Di dalam, sembari menunggu konser dimulai, sang ibu berbincang dengan penonton di sebelahnya. Begitu asyiknya, hingga melupakan keberadaan sang putra, dan tidak menyadari bahwa sang putra sedang berjalan menyelinap ke depan panggung. Ketika lampu ruangan meredup dan lampu spot menerangi piano, betapa terkejutnya sang ibu melihat putra kesayangannya duduk asyik di kursi sang maestro. Dengan lugunya, sang anak memainkan piano dengan jemari kecil, menyanyikan sebuah lagu.
Belum sempat sang ibu menghampiri putranya untuk turun dari panggung, sang pianis kenamaan ini keburu muncul di panggung dan langsung menuju ke piano.
"Jangan berhenti, teruslah bermain," bisiknya kepada anak tersebut. Dengan membungkukkan badan, Padereweski menekan tuts dengan tangan kiri dan mulai memainkan bagian bass. Kemudian dengan tangan kanan, ia menjangkau sisi piano yang lain, lengannya di belakang punggung anak tadi, dan menambahkan permainan _obligato_. Hasilnya, luar biasa, kombinasi permainan anak kecil dan sang maestro membuahkan lantunan indah yang memukau para pengunjung. Permainan mereka berdua disambut gemuruh tepukan tangan hadirin.
*(Kisah dari buku The Islamic Golden Rules, Laode M Kamaludin dan A Mujib El Shirazy)*
Membaca kisah di atas ada rasa haru berkecamuk dalam dada, ada rasa kagum yang tak tertahan, atas apa yang dilakukan oleh seorang *Padereweski*. Ia, sang pianis kenamaan dunia ini telah menunjukan sebuah _keteladanan_ nan indah, bagaimana semestinya orangtua berlaku kepada putra putri mereka. Padereweski nampaknya tahu benar bagaimana orang dewasa semestinya berlaku pada anak anak. Ia begitu mengerti cara menjaga perasaan anak. Ia juga tahu bagaimana meningkatkan _rasa pede_ dan sikap _optimisme_ pada anak anak. Ia tahu benar bahwa perlakuan macam apapun dari orang dewasa kepada seorang anak, akan memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk mental sang anak ketika dewasa kelak..

Sebuah nasihat bijak yang ditulis *Dorothy Law Nolte* dalam buku *Children Learn What They Live*,
_Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki_
_Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi_
_Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri_
_Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri_
_Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri_
_Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai_
_Jika anak dibesarkan dengan sebaik baik perlakuan, ia belajar keadilan_
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!