Jatuh
Cinta pada Sebuah Nama: Cahaya Senja
Aku jatuh cinta? Ya, Aku
jatuh cinta pada sebuah nama; Cahaya Senja.
Benih - benih cinta itu mulai tumbuh sekitar dua tahun yang lalu, lebih tepatnya pada tanggal 28 November
2011. Hari itu adalah hari kelahiran keponakanku (Putri dari Kakakku) yang
diberi nama oleh Ayahnya, Cahaya Senja, karena lahirnya memang pada waktu senja. Sejak saat itu aku jatuh cinta. Jatuh
cinta pada sebuah nama. Cahaya Senja. Sejak saat itu pula, setiap hari Aku
selalu menantikan sebuah momen munculnya cahaya itu, untuk kuabadikan dalam
gambar ataupun hanya dalam ingatanku. Sungguh, sebuah ciptaan yang mempunyai
selera dan nilai seni yang tinggi. Dan sungguh, setiap kali manusia memikirkan
sebuah penciptaan, pasti akan muncul rasa kagum dan tunduk kepada ke-maha-besaran
zat yang menciptakannya, yaitu Tuhan. Kuteringat pada sebuah sabda utusan-Mu.
“Sesungguhnya Tuhan itu indah dan menyukai keindahan”.
Cahaya Senja. Nama yang
sederhana namun syarat akan makna. Penuh filosofi.
Cahaya Senja adalah cahaya
matahari sejenak sebelum tenggelamnya di ufuk barat. Cahayanya yang berwarna merah,
jingga dan kuning keemasan memancarkan keindahan, kewibawaan, dan keanggunan. Cahayanya
singkat, namun sangat memikat. Cahaya Senja juga adalah persembahan penghabisan
dari matahari sesaat sebelum tenggelam. Dengan kata lain, seperti ungkapan
Chairil Anwar; Sekali berarti sudah itu mati. Ya, berikan selalu yang terbaik
dari dirimu dalam hidup ini, setelahnya barulah kamu boleh meninggalkan dunia
ini dengan senyuman.
Dalam ungkapan yang lebih
sederhana, Cahaya Senja adalah lambang keindahan dan kefanaan. Kefanaan
bukanlah aib atau kelemahan, bukan pula sesuatu yang patut diratapi. Kefanaan
adalah keniscayaan hidup di dunia. Dan hendaklah hal ini selalu disadari oleh
setiap manusia.
Berbicara tentang kefanaan,
tentang matahari terbenam, kedua hal tersebut berhubungan dengan satu hal yang
pasti dialami oleh seluruh makhluk yang bernyawa. Yaitu kematian. Kematian
bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Mati itu keniscayaan. Hidup-matinya
manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, Sang Pencipta. Kita harus siap kapan saja Tuhan
mau mengambil nyawa kita, menerima dengan ikhlas, tanpa protes, dan kalau perlu
disambut dengan syukur dan suka cita.
Cahaya Senja dapat pula
dijadikan symbol kehangatan dan cinta. Ketika senja, matahari telah kehilangan
teriknya. Pada saat itu, setiap orang dapat melihat matahari secara langsung
tanpa harus mengejapkan mata. Selama beberapa menit, setiap orang dapat
menikmati semburat warna-warni indah di langit barat. Merah, jingga, kuning
keemasan. Jika ada awan, akan muncul pula nuansa kelabu dan keungguan. Pada
saat itu, hati siapakah yang tidak merasakan hangatnya cinta Tuhan? Hati siapakah
dengan bodohnya masih tega menyimpan dendam?
(lebih lengkapnya buka link http://bermenschool.wordpress.com/2011/12/09/tentang-namamu-cahaya-senja/)
Subhaanallah...
ReplyDeleteCiptaan Allah memang sangat indah mbak..
Deleteterimakasih sudah berkunjung.. ^_^