Wednesday, 2 December 2015


Hari ini, setelah pulang dari tempat mengajar, aku mendapat kabar yang sangat menyedihkan dari adikku. Miko meninggal dunia. Awalnya Aku merasa ada yang berbeda, kenapa akhir-akhir ini, Miki, saudara perempuannya selalu bermain sendiri. Biasanya mereka selalu bersama. Main bersama, makan bersama, bahkan tidurpun selalu bersama. Akhirnya aku tanyakan kepada adikku tentang Miko.
Sebelumnya, yang aku tahu, Miko terkena sakit panas, setelah bermain-main dengan dua ekor tikus rumah yang ditangkap oleh bapak. Kulihat Miko hanya terbaring tidur, ditemani adiknya Miki, yang mungkin merasa empati dengan sakit kakaknya. Kemudian ibu memberinya obat penurun panas, namun tak kunjung sembuh. Miko yang hiperaktif sekarang terbaring lemas tak berdaya di tempat tidurnya. Bahkan makanannya pun tidak dimakan. Aku merasa kasihan melihat kondisi Miko akhir-akhir ini. Aku seolah-olah merasakan apa yang dialami olehnya. Beberapa kali ku elus kepalanya dengan lembut, memberikan semangat kepadanya. Namun takdir Allah berkata lain, Miko ditemukan oleh ibu, berbaring tak bernyawa di selokan rumah tetangga.
Ku teringat ketika pertama kali berjumpa dengan dia dan adiknya, Miki. Sekitar dua bulan setelah menikah, ibu membawa mereka berdua, pemberian dari teman di kantor tempat ibu bekerja. Mereka masih sangat kecil dan sangat lucu. Kemudian mereka diberi nama Miko dan Miki. Miko memiliki warna kulit putih dengan bercak hitam di punggung dan perut. Sedangkan Miki berwarna putih dengan bercak kuning tua di punggung dan perutnya. Awalnya aku merasa agak risih dan jijik, karena Miko dan Miki kadang buang air di dalam rumah, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Namun akhirnya aku mulai terbiasa.
Tak terasa, Miko dan Miki tumbuh besar dan dewasa. Karena tidak memungkinkan untuk tetap tinggal di dalam rumah, juga karena istriku telah mengandung 3 bulan, Bapak membuatkan rumah sederhana dari kardus di luar rumah untuk mereka tidur. Hari demi hari berlalu aku mulai jatuh hati dan timbul rasa sayang kepada mereka.

Aku ingin rasa sayangku kepada mereka seperti sayangnya NABI Muhammad SAW kepada Mueeza. Suatu saat, di kala Nabi hendak mengambil jubahnya, ditemuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu tidurnya, Nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya.
Ketika Nabi kembali ke rumah, Mueeza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, Nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil Mueeza. Nabi menyayangi Mueeza layaknya menyanyangi keluarga sendiri.

Miko sangat lucu dan lincah, sedangkan Miki agak pendiam. Miko terkadang bertingkah laku yang membuatku gemas dan tertawa. Miko dan Miki suka berebut makan. Miki lebih banyak mengalah, membiarkan Miko, kakaknya makan lebih dulu. Namun terkadang, Miko mempersilahkan adiknya Miki makan terlebih dahulu. Banyak pelajaran yang aku ambil dari tingkah mereka.
Namun hari ini, Selasa 01 Desember 2015, bak mendengar petir di siang bolong, aku mendengar kabar Miko telah tiada, kudoakan kau tenang di alam sana. Kuharap kau tidak lupa kepada adikmu Miki, yang pasti merasa kesepian.
Maafkan kami yang tak mampu mengurusmu dengan baik. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kami.

Selamat jalan Miko, Sang Kucing kesayangan.

0 comments:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!