Shalat adalah salah satu kewajiban yang disyariatkan dan
diwajibkan Allah atas hamba-hambaNya. Yang diwajibkan ialah shalat lima kali
yang terus berulang setiap hari dan setiap malam. Ia adalah rukun penting di
antara rukun-rukun islam, posisinya berada setelah dua kalimat syahadat,
selanjutnya adalah zakat, puasa dan haji.
Shalat lima waktu terbagi dalam sehari semalam dengan pembagian
waktu yang mendidik. Ia melatih seorang muslim untuk bangun pagi, menyambut
harinya, menyambut anugerah Tuhannya dan kebaikan-kebaikan harinya sehingga ia
menjadi giat dan bersemangat sebagaimana yang disebutkan di dalam hadist. Kemudian
ia mendapati di hadapannya terpampang waktu yang tidak kurang dari enam jam,
antara shalat subuh dan shalat dzuhur, di situ ia bisa menyelesaikan banyak
aktifitas, dengan penuh kekuatan dan semangat.
Setelah lelah beraktifitas, ia menjumpai shalat dzuhur. Bersegera
ia mengambil air wudhu, mendirikan shalat, berjumpa dengan banyak orang,
berjajar dengan rapi dalam barisan rabbani, untuk menyebut asma Allah swt,
membaca Al-Qur’an, berdoa kepadaNya untuk segala urusannya, ruku’ dan sujud
kepadaNya, guna meraih anugerah, rahmat dan keberkahan Tuhannya, dari segenap
keikhlasan, kejujuran, ketundukan dan kepatuhan yang telah ia persembahkan,
serta dari permohonan pertolongan dan tawakal kepadaNya. Sehingga ketika
seorang muslim keluar dari shalatnya, rasa lelahnya telah sirna, letihnya telah
hilang, hatinya telah menjadi tenteram, ia telah terbersihkan dari kesalahan,
ketergelinciran dan dosa yang mengotorinya.
Kemudian ia pergi mencari karunia Allah dan selalu mengingatNya,
ia kembali pada aktifitasnya dengan hati dipenuhi kecintaan akan kebaikan
hamba-hamba Allah. Apabila aktifitasnya telah selesai, ia kembali kepada
keluarganya dengn hati yang lapang, jiwa yang ridha, wajah yang berseri, sebab
ia akan berjumpa kembali dengan ayah, ibu, atau istri dan anak-anak yang telah
menunggu kepulangannya, yang bergembira melihat kehadirannya.
Semua karunia itu berasal dari Allah, yang telah melapangkan
hatinya di awal hari ketika shalat pada pagi-pagi buta, yang telah membasuh
hatinya di tengah hari ketika pergi menunaikan shalat, untuk ruku’ sujud dan
bertakbir kepadaNya. Setelah selesai menyantap santapan siangnya, ia mendengar
seruan untuk shalat pertengahan, shalat ashar, guna menyempurnakan kebaikan
harinya, untuk menunaikan kewajiban bersyukur kepada Tuhannya yang telah
memberikan kesehatan dan kekuatan, yang memberinya makan dan minum. Kemudian ia
menjumpai satu waktu yang tidak pendek untuk beristirahat. Setelah itu ia bisa
pergi menuntaskan aktifitasnya, atau pergi menuntut ilmu, atau melakukan
kebaikan untuk manusia, atau menyantuni dan memberi dukungan kepada anak yatim,
atau memberi bantuan dan pertolongan kepada orang lemah.
Lalu seorang muslim memulai malamnya dengan shalat maghrib,
sebagaimana ia memulai harinya dengan shalat fajar. Malaikat-malaikat rahmat
berjalan mengiringinya, cahaya iman merebak di sanubarinya, setan dan iblis
menjadi risih kepadanya, dan di sekelilingnya berkumpul jiwa-jiwa yang baik
suci. Ketika hendak pergi tidur, shalat isya’ menjadi penutup segala
aktifitasnya dan pelepas harinya. Di situ ia bertemu dengan Allah untuk memohon
ampun dan bertobat, ia memohon agar ditutup dengan keimanan, ia meminta rahmat
dan ampunan, jika Dia mencabut nyawanya ketika itu Dia merahmatinya, dan jika
tidak mencabutnya semoga Dia menjadikannya selalu bersama hamba-hambaNya yang
ikhlas.
Di dalam shalat terdapat ucapan dan gerakan, yang lebih mirip
dengan sistem khusus. Dengannya seseorang terlatih untuk mengetahui bahwa
pengulangan sistem ini sebanyak lima kali dalam satu hari menjadikan seseorang
terikat dengan Tuhannya melebihi keterikatannya dengan apapun yang lain,
menjadikannya merasa bahwa sifat
rabbaniahnya itulah hakikat dari kehidupannya sebagai manusia, dan bahwa setiap
sendi di dalam tubuhnya bergerak berulang kali berdasar perintah Tuhannya,
bahwa kalam Allah di dalam kitab suci lah yang menjadi asupan ruhnya, menjadi
kebahagiaan hatinya, dan bahwa kejernihan ruhnya brsama Allah menjadikannya lupa
akan segala kesulitan hidup.
Shalat menghimpun semua bentuk dzikir. Di mulai dari bacaan kitab
Allah, diakhiri dengan shalawat kepada rasul. Shalat menjadikan seorang muslim
yang jujur turut merasakan kondisi saudara-saudaranya, yakni ketika ia berucap.
“Assalaamu ‘alaina wa’alaa ‘ibaadillahish
shaalihiin”
“Semoga kesejahteraan tercurah kepada
kita, juga kepada hamba-hamba Allah yang saleh”
Shalat mengharuskan kaum muslimin untuk selalu terikat dengan
masjid, yang merupakan area rabbani tempat berkumpulnya orang-orang mukmin yang
jujur.
Di dalam masjid ini barisan-barisan berjajar rapi, jiwa-jiwa
bersatu, para pembesar menjadi tawadhu’, orang-orang kaya tertunduk, kaum fakir
miskin terhibur, para pemimpin dan yang dipimpin bertemu, semuanya mendengarkan
kalam Allah, tidak mengagungkan siapapun selain Dia. Duhai betapa indahnya jika
ditemukan hati-hati yang sadar, betapa indahnya jamaah jika tersusun dari
jiwa-jiwa yang jernih.
Ya Allah, kembalikanlah kaum muslimin kepada
jalan yang lurus, jalan para nabi, orang-orang yang jujur, kaum syuhada’ dan
orang-orang saleh. Aamiin.
0 comments:
Post a Comment