Sunday 2 March 2014



Kata yang selalu terucap dari mulutku adalah Dia. Nama yang selalu ada dalam pikiranku adalah Dia. Dan setiap aktivitas yang kulakukan pun kuniatkan untuk Dia. Dia, Dia dan Dia. Dia yang membuat makanku tak enak, tidurku pun tak nyenyak. Setiap saat wajahnya selalu terbayang di mata dan pikiranku. Dia hampir saja membuatku gila. Jika saja tidak ada Tuhan di dekatku, mungkin aku sudah gila saat ini. Di setiap sepertiga malam aku selalu mengadu dan bercerita kepada Tuhan tentang Dia. Tentang suaranya yang halus, tertawanya yang renyah, tentang senyumnya yang menawan dan hal apapun tentang Dia, selalu kuceritakan kepada Tuhan.
Pagi itu, tak sengaja aku melihat Dia tengah mengobrol di saung dekat lapangan utama kampus dengan teman-temannya. Sebetulnya aku sengaja mencari Dia karena aku ingin sekali melihat Dia. Tapi aku tak berani mendekat. Aku hanya menikmati keindahanya dari jauh. Hingga tak sengaja pandangannya beradu dengan pandanganku.
“Ah hatiku rasanya mau copot, Tuhan.
Matanya sangat bening dan pandangannya menunjukan kharisma agung seorang perempuan. Kucoba tuk pergi namun Dia memanggilku. “Oh Tuhan, seperti terbang rasanya hatiku ketika Dia menyebut namaku.” Terpaksa aku harus berhadapan dengan Dia, suatu hal yang sangat kuhindari. Hatiku meleleh bila berada di dekatnya. Diibaratkan penyakit, cintaku ini sudah mencapai stadium empat, yang mendapat vonis tidak ada harapan lagi untuk disembuhkan.
Dia melangkah semakin dekat kepadaku. 10 meter, 9 meter, 8 meter….2 meter hingga 1 meter Dia berada di depanku. Tiba-tiba aku merasa kepalaku pusing dan kakiku lemas tak kuasa menopang berat badanku. Sayup-sayup ku mendengar Dia berteriak memanggil namaku ketika ku terjatuh tak sadarkan diri.
Tuhan, mengapa aku harus mengalami hal ini? aku takut rasa cintaku kepadanya akan memalingkanku dariMu. Aku takut cintaku yang amat sangat kepadanya suatu saat akan berubah menjadi dendam. Padahal Kau telah mengingatkan kepada hambaMu, “Cintailah sesuatu sewajarnya, karena bisa jadi besok ia akan menjadi sesuatu yang kau benci.” Aku tak mau hal itu terjadi kepadaku dan kepada Dia.
Aku tahu Kau selalu mendengar keluhanku, Tuhan. Tak hanya mendengar, tapi Kau juga memberiku solusi. Aku yakin hal yang kukatakan pagi itu adalah solusi yang Kau berikan. Ketika ku terbangun dari pingsan, ku dapati Dia berada di sampingku. Kulihat wajahnya panik dan cemas. Mungkin Dia menghawatirkan keadaanku, semoga saja, pikirku. Melihat aku tersadar, wajahnya terlihat cerah kembali dan langsung menanyakan keadaanku.
Ku jawab “Baik-baik saja, terimakasih telah menghawatirkanku. Kutatap wajahnya dalam-dalam. “Aku minta maaf telah merepotkanmu.”
“Tak apa-apa, aku malah senang bisa membantu. Tapi...., kenapa kau terjatuh ketika ku dekati?” Dia bertanya kepadaku.
“Dag..dig..dug.. Jantungku berdegup kencang. Ingin kukatakan yang sebenarnya, tapi aku tak mempunyai keberanian untuk mengatakannya. Ku hanya terdiam.
“Kenapa?” Dia ulangi pertanyaannya.
Ku pejamkan mata lalu kupanggil nama Tuhan di dalam hatiku. Tiba-tiba hal yang aneh terjadi kepadaku. Aku seperti berada di sebuah taman yang sangat indah. Dihiasi bunga yang berwarna-warni dan beraneka ragam jenis. Di bawahnya sungai berair jernih mengalir deras. Nyaman sekali berada di sini. Apakah ini yang namanya surga? Entahlah. Kurebahkan tubuhku di rerumputan. Kutarik nafas dalam, lalu kuhembuskan. Hal itu berulang-ulang kulakukan. Membuat diriku semakin nyaman dan semakin nyaman. Tak ingin rasanya ku beranjak dari sini. Tapi aku merasa di luar sana ada sesuatu yang menungguku. Entah apa atau siapa. Sebuah tangan halus menyentuhku. Lalu kudengar suara. “katakan saja isi hatimu.” Kurasakan kekuatan besar membangunkanku. Seketika itu juga meluncur kata-kata yang ingin sekali kuungkapkan.
“Sebetulnya dari dulu aku menyintaimu, bersediakah kau menikah denganku?”
Hening sejenak. Lalu terdengar sebuah jawaban. “Iya aku bersedia.” Kata-kata itu meluncur menyejukan hatiku. Akhirnya aku tahu ternyata Dia juga menyukaiku dari dulu. Kemudian kami merencanakan untuk menikah bulan depan, setelah kedua orang tua kami saling bertemu.
“Begitulah Tuhan, cerita cintaku dengan Dia. Aku mohon ampun karena hampir satu bulan ini aku tak pernah bercerita lagi kepadaMu. Karena aku ingin memberikanMu surprise Tuhan. Kau mau tahu? Aku telah menikah dengan Dia.
“Sayaaang..... Terdengar suara yang sangat lembut dari belakang. “Hm.. Kau ini lucu sekali sayang, pasti Tuhan sudah tahu kita telah menikah. Tuhan kan maha tahu.
“Oh, sayang, kau sudah bangun? Ayo amini doa ini”.
*****
Bismillahirrahmaanirrahim….
Ya Allah jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku
Pada seseorang yang melabuhkan cintanya kepadaMu,
Agar bertambah kekuatanku untuk menyintaiMu…

Ya muhaimin, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku
Menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut padaMu
Agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta nafsu…

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati jagalah hatiku
Padanya agar tidak berpaling daripada hatiMu
Ya Rabbul izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku
Pada seseorang yang merindui syahid di jalanMu…

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasihMu
Janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan
Indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirMu…

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasihMu
Jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam
Perjalanan panjang menyeru manusia kepadaMu…
Aamiin.
*****

Pandeglang, 7 Desember 2011

0 comments:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!