Kata yang
selalu terucap dari mulutku adalah Dia. Nama yang selalu ada dalam pikiranku
adalah Dia. Dan setiap aktivitas yang kulakukan pun kuniatkan untuk Dia. Dia, Dia
dan Dia. Dia yang membuat makanku tak enak, tidurku pun tak nyenyak. Setiap
saat wajahnya selalu terbayang di mata dan pikiranku. Dia hampir saja membuatku
gila. Jika saja tidak ada Tuhan di dekatku, mungkin aku sudah gila saat ini. Di
setiap sepertiga malam aku selalu mengadu dan bercerita kepada Tuhan tentang Dia.
Tentang suaranya yang halus, tertawanya yang renyah, tentang senyumnya yang
menawan dan hal apapun tentang Dia, selalu kuceritakan kepada Tuhan.
Pagi itu, tak
sengaja aku melihat Dia tengah mengobrol di saung dekat lapangan utama kampus
dengan teman-temannya. Sebetulnya aku sengaja mencari Dia karena aku ingin
sekali melihat Dia. Tapi aku tak berani mendekat. Aku hanya menikmati
keindahanya dari jauh. Hingga tak sengaja pandangannya beradu dengan
pandanganku.
“Ah hatiku
rasanya mau copot, Tuhan.”
Matanya
sangat bening dan pandangannya menunjukan kharisma agung seorang perempuan.
Kucoba tuk pergi namun Dia memanggilku. “Oh Tuhan, seperti terbang rasanya
hatiku ketika Dia menyebut namaku.” Terpaksa
aku harus berhadapan dengan Dia, suatu hal yang sangat kuhindari. Hatiku
meleleh bila berada di dekatnya. Diibaratkan penyakit, cintaku ini sudah
mencapai stadium empat, yang mendapat vonis tidak ada harapan lagi untuk
disembuhkan.
Dia
melangkah semakin dekat kepadaku. 10 meter, 9 meter, 8 meter….2 meter hingga 1
meter Dia berada di depanku. Tiba-tiba aku merasa kepalaku pusing dan kakiku
lemas tak kuasa menopang berat badanku. Sayup-sayup ku mendengar Dia berteriak
memanggil namaku ketika ku terjatuh tak sadarkan diri.
Tuhan,
mengapa aku harus mengalami hal ini? aku takut rasa cintaku kepadanya akan
memalingkanku dariMu. Aku takut cintaku yang amat sangat kepadanya suatu saat
akan berubah menjadi dendam. Padahal Kau telah mengingatkan kepada hambaMu, “Cintailah
sesuatu sewajarnya, karena bisa jadi besok ia akan menjadi sesuatu yang kau
benci.” Aku tak mau hal itu terjadi kepadaku dan kepada Dia.
Aku tahu Kau
selalu mendengar keluhanku, Tuhan. Tak hanya mendengar, tapi Kau juga memberiku
solusi. Aku yakin hal yang kukatakan pagi itu adalah solusi yang Kau berikan.
Ketika ku terbangun dari pingsan, ku dapati Dia berada di sampingku. Kulihat
wajahnya panik dan cemas. Mungkin Dia menghawatirkan keadaanku, semoga saja,
pikirku. Melihat aku tersadar, wajahnya terlihat cerah kembali dan langsung menanyakan
keadaanku.
Ku jawab “Baik-baik
saja, terimakasih telah menghawatirkanku. Kutatap wajahnya dalam-dalam. “Aku minta
maaf telah merepotkanmu.”
“Tak apa-apa,
aku malah senang bisa membantu. Tapi...., kenapa kau
terjatuh ketika ku dekati?” Dia bertanya kepadaku.
“Dag..dig..dug..
Jantungku berdegup kencang. Ingin kukatakan yang sebenarnya, tapi aku tak
mempunyai keberanian untuk mengatakannya. Ku hanya terdiam.
“Kenapa?” Dia
ulangi pertanyaannya.
Ku pejamkan
mata lalu kupanggil nama Tuhan di dalam hatiku. Tiba-tiba hal yang aneh terjadi
kepadaku. Aku seperti berada di sebuah taman yang sangat indah. Dihiasi bunga
yang berwarna-warni dan beraneka ragam jenis. Di bawahnya sungai berair jernih
mengalir deras. Nyaman sekali berada di sini. Apakah ini yang namanya surga?
Entahlah. Kurebahkan tubuhku di rerumputan. Kutarik nafas dalam, lalu
kuhembuskan. Hal itu berulang-ulang kulakukan. Membuat diriku semakin nyaman
dan semakin nyaman. Tak ingin rasanya ku beranjak dari sini. Tapi aku merasa di
luar sana ada sesuatu yang menungguku. Entah apa atau siapa. Sebuah tangan
halus menyentuhku. Lalu kudengar suara. “katakan saja isi hatimu.” Kurasakan
kekuatan besar membangunkanku. Seketika itu juga meluncur kata-kata yang ingin
sekali kuungkapkan.
“Sebetulnya
dari dulu aku menyintaimu, bersediakah kau menikah denganku?”
Hening
sejenak. Lalu terdengar sebuah jawaban. “Iya aku bersedia.” Kata-kata
itu meluncur menyejukan hatiku. Akhirnya aku tahu ternyata Dia juga menyukaiku
dari dulu. Kemudian kami merencanakan untuk menikah bulan depan, setelah kedua
orang tua kami saling bertemu.
“Begitulah
Tuhan, cerita cintaku dengan Dia. Aku mohon ampun karena hampir satu bulan ini
aku tak pernah bercerita lagi kepadaMu. Karena aku ingin memberikanMu surprise Tuhan.
Kau mau tahu? Aku telah menikah dengan Dia.”
“Sayaaang..... Terdengar
suara yang sangat lembut dari belakang. “Hm.. Kau ini
lucu sekali sayang, pasti Tuhan sudah tahu kita telah menikah. Tuhan kan maha
tahu.”
“Oh, sayang,
kau sudah bangun? Ayo amini doa ini”.
*****
Bismillahirrahmaanirrahim….
Ya Allah
jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku
Pada
seseorang yang melabuhkan cintanya kepadaMu,
Agar
bertambah kekuatanku untuk menyintaiMu…
Ya muhaimin,
jika aku jatuh hati, izinkanlah aku
Menyentuh
hati seseorang yang hatinya tertaut padaMu
Agar tidak
terjatuh aku dalam jurang cinta nafsu…
Ya Rabbana,
jika aku jatuh hati jagalah hatiku
Padanya agar
tidak berpaling daripada hatiMu
Ya Rabbul
izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku
Pada
seseorang yang merindui syahid di jalanMu…
Ya Allah,
jika aku menikmati cinta kekasihMu
Janganlah
kenikmatan itu melebihi kenikmatan
Indahnya
bermunajat di sepertiga malam terakhirMu…
Ya Allah,
jika aku jatuh hati pada kekasihMu
Jangan
biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam
Perjalanan
panjang menyeru manusia kepadaMu…
Aamiin.
*****
Pandeglang, 7 Desember 2011
0 comments:
Post a Comment