Wednesday, 19 August 2015




Hari ini (Senin, 17 Agustus 2015) di komplek aku tinggal, tengah mengadakan perlombaan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Dimeriahkan dengan rangkaian perlombaan seperti sepeda hias, futsal, tenis meja, catur, dll. Tapi sayangnya aku tidak bisa mengikuti jalannya perlombaan tersebut karena harus mengantar istriku berangkat L*q* di rumah ustadzahnya di daerah Tanjungsari, Sumedang. Aku hanya bisa melihat sebentar ketika panitia berteriak tanda mulai perlombaan sepeda hias yang diikuti oleh anak-anak sekitar komplek. Setelah itu, aku masuk ke rumah, makan dan buang air, lalu berganti pakaian kemudian memanaskan motor. Istriku sudah selesai mandi (baru mandi, dingin kalau mandi subuh), berganti pakaian dan sholat dhuha. Sedangkan aku belum sholat dhuha. Kuniatkan untuk sholat setelah mengantar istriku. Kami pun berangkat sekitar pukul 8.40 pagi. Kurang lebih 30 menit, kami pun sampai di tempat L*q*. Istriku pamit dan menyalami tanganku. Kupandangi wajah istriku dan tersenyum padanya. Kuamati dia sampai masuk ke rumah ustadzahnya.

Seketika aku melihat hamparan sawah yang luas di belakang rumah ustadzah istriku. Sudah lama aku tidak menikmati keindahan persawahan. Akhirnya aku putuskan untuk memarkirkan motorku di belakang rumah dan berpetualang di area sawah. Kutelusuri jalan pematang sawah yang di sisinya ada aliran air irigasi. Karena airnya jernih, aku ikuti aliran air itu menuju sumbernya. 
Kulihat sekeliling, ada tanaman padi, hui (ubi jalar), dan tembakau. Jauh selepas pandangan ke depan, aku melihat gunung yang hijau. Membuat mataku menjadi segar. Sungguh maha karya Allah yang sangat indah. Aku sangat merindukan suasana ini. Suasana pedesaan dan persawahan seperti di tanah kelahiranku, Pandeglang, Banten. Di daerahku, Pandeglang, orangtuaku memiliki lahan persawahan yang cukup luas. Banyak tanaman yang ditanam di sana. 
Ada jagung, padi, pepaya, labu, jeruk, rambutan, pohon jati, albasiah, durian, dan tanaman tanaman pagar yang bisa dijadikan lalapan, seperti daun singkong, jaat, kacang panjang, dll. Sungguh makmur dan sejahtera. Tinggal petik jika tiba masa panen. Tidak perlu beli di pasar yang harganya sudah tak menentu karena mahalnya bahan bakar.




Di hari kemerdekaan indonesia ini, saya mohon kepada Allah Swt, agar melimpahkan berkah dan rahmatnya kepada seluruh rakyat indonesia. Menjadikan tanah-tanahnya subur, sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik dan para petani menjadi sejahtera dan bahagia. Aku teringat lirik lagu Koes Plus yang menggambarkan keadaan bangsa Indonesia dulu kala.

Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu

Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu

Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman

Di hari kemerdekaan ini pula, saya memohon kepada Allah agar mengkaruniakan kepada rakyat Indonesia seorang pemimpin yang adil dan amanah. Yang peduli terhadap seluruh rakyatnya. Yang memperhatikan kesejahteraan orang orang miskin. Seperti khalifatul islam, Umar ibnu Khattab. Aamiin.
MERDEKA!!!!

0 comments:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!