Hari
ini (Senin, 17 Agustus 2015) di komplek aku tinggal, tengah mengadakan
perlombaan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Dimeriahkan dengan
rangkaian perlombaan seperti sepeda hias, futsal, tenis meja, catur, dll. Tapi sayangnya
aku tidak bisa mengikuti jalannya perlombaan tersebut karena harus mengantar
istriku berangkat L*q* di rumah ustadzahnya di daerah Tanjungsari, Sumedang. Aku
hanya bisa melihat sebentar ketika panitia berteriak tanda mulai perlombaan
sepeda hias yang diikuti oleh anak-anak sekitar komplek. Setelah itu, aku masuk
ke rumah, makan dan buang air, lalu berganti pakaian kemudian memanaskan motor.
Istriku sudah selesai mandi (baru mandi, dingin kalau mandi subuh), berganti
pakaian dan sholat dhuha. Sedangkan aku belum sholat dhuha. Kuniatkan untuk
sholat setelah mengantar istriku. Kami pun berangkat sekitar pukul 8.40 pagi. Kurang
lebih 30 menit, kami pun sampai di tempat L*q*. Istriku pamit dan menyalami
tanganku. Kupandangi wajah istriku dan tersenyum padanya. Kuamati dia sampai
masuk ke rumah ustadzahnya.
Seketika
aku melihat hamparan sawah yang luas di belakang rumah ustadzah istriku. Sudah
lama aku tidak menikmati keindahan persawahan. Akhirnya aku putuskan untuk
memarkirkan motorku di belakang rumah dan berpetualang di area sawah. Kutelusuri
jalan pematang sawah yang di sisinya ada aliran air irigasi. Karena airnya
jernih, aku ikuti aliran air itu menuju sumbernya.
Kulihat sekeliling, ada
tanaman padi, hui (ubi jalar), dan tembakau. Jauh selepas pandangan ke depan,
aku melihat gunung yang hijau. Membuat mataku menjadi segar. Sungguh maha karya
Allah yang sangat indah. Aku sangat merindukan suasana ini. Suasana pedesaan
dan persawahan seperti di tanah kelahiranku, Pandeglang, Banten. Di daerahku,
Pandeglang, orangtuaku memiliki lahan persawahan yang cukup luas. Banyak tanaman
yang ditanam di sana.
Ada jagung, padi, pepaya, labu, jeruk, rambutan, pohon jati, albasiah, durian, dan tanaman tanaman pagar yang bisa dijadikan lalapan, seperti daun singkong, jaat, kacang panjang, dll. Sungguh makmur dan sejahtera. Tinggal petik jika tiba masa panen. Tidak perlu beli di pasar yang harganya sudah tak menentu karena mahalnya bahan bakar.
Ada jagung, padi, pepaya, labu, jeruk, rambutan, pohon jati, albasiah, durian, dan tanaman tanaman pagar yang bisa dijadikan lalapan, seperti daun singkong, jaat, kacang panjang, dll. Sungguh makmur dan sejahtera. Tinggal petik jika tiba masa panen. Tidak perlu beli di pasar yang harganya sudah tak menentu karena mahalnya bahan bakar.
Di hari kemerdekaan indonesia ini, saya mohon kepada Allah Swt, agar melimpahkan berkah dan rahmatnya kepada seluruh rakyat indonesia. Menjadikan tanah-tanahnya subur, sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik dan para petani menjadi sejahtera dan bahagia. Aku teringat lirik lagu Koes Plus yang menggambarkan keadaan bangsa Indonesia dulu kala.
Bukan lautan
hanya kolam susu
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman
Di hari
kemerdekaan ini pula, saya memohon kepada Allah agar mengkaruniakan kepada rakyat
Indonesia seorang pemimpin yang adil dan amanah. Yang peduli terhadap seluruh
rakyatnya. Yang memperhatikan kesejahteraan orang orang miskin. Seperti khalifatul
islam, Umar ibnu Khattab. Aamiin.
MERDEKA!!!!