Sunday, 4 May 2014

Shalat adalah salah satu kewajiban yang disyariatkan dan diwajibkan Allah atas hamba-hambaNya. Yang diwajibkan ialah shalat lima kali yang terus berulang setiap hari dan setiap malam. Ia adalah rukun penting di antara rukun-rukun islam, posisinya berada setelah dua kalimat syahadat, selanjutnya adalah zakat, puasa dan haji.
Shalat lima waktu terbagi dalam sehari semalam dengan pembagian waktu yang mendidik. Ia melatih seorang muslim untuk bangun pagi, menyambut harinya, menyambut anugerah Tuhannya dan kebaikan-kebaikan harinya sehingga ia menjadi giat dan bersemangat sebagaimana yang disebutkan di dalam hadist. Kemudian ia mendapati di hadapannya terpampang waktu yang tidak kurang dari enam jam, antara shalat subuh dan shalat dzuhur, di situ ia bisa menyelesaikan banyak aktifitas, dengan penuh kekuatan dan semangat.
Setelah lelah beraktifitas, ia menjumpai shalat dzuhur. Bersegera ia mengambil air wudhu, mendirikan shalat, berjumpa dengan banyak orang, berjajar dengan rapi dalam barisan rabbani, untuk menyebut asma Allah swt, membaca Al-Qur’an, berdoa kepadaNya untuk segala urusannya, ruku’ dan sujud kepadaNya, guna meraih anugerah, rahmat dan keberkahan Tuhannya, dari segenap keikhlasan, kejujuran, ketundukan dan kepatuhan yang telah ia persembahkan, serta dari permohonan pertolongan dan tawakal kepadaNya. Sehingga ketika seorang muslim keluar dari shalatnya, rasa lelahnya telah sirna, letihnya telah hilang, hatinya telah menjadi tenteram, ia telah terbersihkan dari kesalahan, ketergelinciran dan dosa yang mengotorinya.
Kemudian ia pergi mencari karunia Allah dan selalu mengingatNya, ia kembali pada aktifitasnya dengan hati dipenuhi kecintaan akan kebaikan hamba-hamba Allah. Apabila aktifitasnya telah selesai, ia kembali kepada keluarganya dengn hati yang lapang, jiwa yang ridha, wajah yang berseri, sebab ia akan berjumpa kembali dengan ayah, ibu, atau istri dan anak-anak yang telah menunggu kepulangannya, yang bergembira melihat kehadirannya.
Semua karunia itu berasal dari Allah, yang telah melapangkan hatinya di awal hari ketika shalat pada pagi-pagi buta, yang telah membasuh hatinya di tengah hari ketika pergi menunaikan shalat, untuk ruku’ sujud dan bertakbir kepadaNya. Setelah selesai menyantap santapan siangnya, ia mendengar seruan untuk shalat pertengahan, shalat ashar, guna menyempurnakan kebaikan harinya, untuk menunaikan kewajiban bersyukur kepada Tuhannya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan, yang memberinya makan dan minum. Kemudian ia menjumpai satu waktu yang tidak pendek untuk beristirahat. Setelah itu ia bisa pergi menuntaskan aktifitasnya, atau pergi menuntut ilmu, atau melakukan kebaikan untuk manusia, atau menyantuni dan memberi dukungan kepada anak yatim, atau memberi bantuan dan pertolongan kepada orang lemah.
Lalu seorang muslim memulai malamnya dengan shalat maghrib, sebagaimana ia memulai harinya dengan shalat fajar. Malaikat-malaikat rahmat berjalan mengiringinya, cahaya iman merebak di sanubarinya, setan dan iblis menjadi risih kepadanya, dan di sekelilingnya berkumpul jiwa-jiwa yang baik suci. Ketika hendak pergi tidur, shalat isya’ menjadi penutup segala aktifitasnya dan pelepas harinya. Di situ ia bertemu dengan Allah untuk memohon ampun dan bertobat, ia memohon agar ditutup dengan keimanan, ia meminta rahmat dan ampunan, jika Dia mencabut nyawanya ketika itu Dia merahmatinya, dan jika tidak mencabutnya semoga Dia menjadikannya selalu bersama hamba-hambaNya yang ikhlas.
Di dalam shalat terdapat ucapan dan gerakan, yang lebih mirip dengan sistem khusus. Dengannya seseorang terlatih untuk mengetahui bahwa pengulangan sistem ini sebanyak lima kali dalam satu hari menjadikan seseorang terikat dengan Tuhannya melebihi keterikatannya dengan apapun yang lain, menjadikannya  merasa bahwa sifat rabbaniahnya itulah hakikat dari kehidupannya sebagai manusia, dan bahwa setiap sendi di dalam tubuhnya bergerak berulang kali berdasar perintah Tuhannya, bahwa kalam Allah di dalam kitab suci lah yang menjadi asupan ruhnya, menjadi kebahagiaan hatinya, dan bahwa kejernihan ruhnya brsama Allah menjadikannya lupa akan segala kesulitan hidup.
Shalat menghimpun semua bentuk dzikir. Di mulai dari bacaan kitab Allah, diakhiri dengan shalawat kepada rasul. Shalat menjadikan seorang muslim yang jujur turut merasakan kondisi saudara-saudaranya, yakni ketika ia berucap.
“Assalaamu ‘alaina wa’alaa ‘ibaadillahish shaalihiin”
“Semoga kesejahteraan tercurah kepada kita, juga kepada hamba-hamba Allah yang saleh”
Shalat mengharuskan kaum muslimin untuk selalu terikat dengan masjid, yang merupakan area rabbani tempat berkumpulnya orang-orang mukmin yang jujur.
Di dalam masjid ini barisan-barisan berjajar rapi, jiwa-jiwa bersatu, para pembesar menjadi tawadhu’, orang-orang kaya tertunduk, kaum fakir miskin terhibur, para pemimpin dan yang dipimpin bertemu, semuanya mendengarkan kalam Allah, tidak mengagungkan siapapun selain Dia. Duhai betapa indahnya jika ditemukan hati-hati yang sadar, betapa indahnya jamaah jika tersusun dari jiwa-jiwa yang jernih.
Ya Allah, kembalikanlah kaum muslimin kepada jalan yang lurus, jalan para nabi, orang-orang yang jujur, kaum syuhada’ dan orang-orang saleh. Aamiin.
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!